Sabtu, 28 November 2009

Lelah yang Menyenangkan ketika Mudik

Awal memasuki bulan ramadhan, yang tepatnya jatuh pada tanggal 22 Agustus 2009. Kita sebagai umat islam wajib melaksanakan puasa di bulan suci ramadhan. Bulan ramadhan adalah bulan yang penuh dengan berkah, rahmat dan hidayah. Seluruh umat muslim di dunia menantikan bulan suci ramadhan karena pada bulan ini merupakan bulan yang paling baik dan mulia dibandingkan 11 bulan lainnya. Selain itu, bulan ramadhan merupakan bulan suci dan penuh ampunan bagi umatnya yang mau memohon ampun dan menjalankan semua perintah Allah swt. Maka dari itu, karena bulan ramadhan merupakan bulan suci kita sebagai umat muslim yang beriman dan bertakwa harus bisa memanfaatkan semua waktu yang kita miliki dengan sebaik-baiknya untuk lebih mendekatkan diri kita kepada Allah swt. Banyak sekali hal yang kita bisa lakukan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah swt, diantaranya tadarus Al-Qur’an, lebih banyak bersedekah, memperbanyak salat sunah dsb. Salat tarawih merupakan salah satu salat sunah yang hanya ada dan bisa di laksanakan pada bulan suci ramadhan. Di samping itu, pahala di bulan suci ramadhan di lipat gandakan oleh Allah swt, maka dari itu seluruh umat muslim berlomba-lomba untuk mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya. Begitu banyak keutamaan di buan suci ramadhan menjadikan kita sebagai umat muslimharus lebih banyak bersyukur kepada Allah swt karena di berikan begitu banyak nikmat yang tidak terhingga sehingga kita masih bisa memasuki bulan suci ramadhan.

Puasa merupakan ibadah wajib yang harus di laksanakan seluruh umat muslim di dunia apabila sudah baligh atau dewasa. Satu bulan lamanya kita wajib melaksanakan puasa. Puasa bukan hanya sekedar menahan lapar dan haus saja tetapi sebenarnya banyak sekali makna yang bisa kita peroleh dari berpuasa. Puasa memiliki kurang lebih 3 tingkatan, antara lain puasa tingkat pertama merupakan jenis puasa yang paling baik tingkatannya diantara yang lain, hal itu dikarenakan tidak saja menahan lapar haus serta menahan hawa nafsu saja, tetapi pada puasa tingkat pertama ini semua hal yang membatalkan pahala puasa seperti misalnya berdusta, mengguncing dll benar-benar di jaga, sedangkan pada puasa tingkat kedua merupakan jenis puasa yang selain menahan lapar haus juga menahan amarah dan hawa nafsu. Pada tingkatan puasa yang terakhir yaitu puasa tingkat ketiga, puasa ini benar-benar hanya mendapatkan rasa lapar dan haus saja. Sebaiknya kita selalu berusaha untuk menjadi bagian dari golongan puasa tingkat pertama. Melihat begitu banyak keutamaan di bulan suci ramadhan ini, puasa harus kita laksanakan dengan sebaik-baiknya sekalipun kita melakukan perjalanan pulang kampung atau yang lebih di kenal dengan mudik bersama sanak keluarga.

Tepat pada puasa hari ke-23, sekitar pukul 03.30 WIB tanggal 16 September 2009 aku bersama keluarga melakukan pulang kampung atau mudik ke Madiun dan Yogyakarta. Hatiku senang sekali saat kami sekeluarga berangkat untuk mudik ke tempat tujuan pertama yaitu Madiun. Selain bisa bersilahturahmi dan melepas rindu bersama saudara-saudaraku, aku juga bisa berlibur dengan pemandangan alam yang masih asri dan alami tentunya. Kalau bukan karena libur mudik yang biasanya menjadi libur massal bagi seluruh penduduk Indonesia. Bukan tidak mungkin aku beserta keluargaku akan jarang sekali bertemu dengan nenek, kakek beserta saudara-saudarku yang lainnya. Hal itu dikarenakan, kepadatan aktivitas yang dimiliki oleh masing-masing individu keluargaku. Bekerja dan menuntut imu merupakan aktivitas yang merupakan kewajiban yang harus di laksanakan. Sabtu dan minggu adalah waktu libur untukku beserta keluarga, hari itu benar-benar kami manfaatkan untuk beristirahat di rumah dan belanja bulanan dipasar swalayan. “Huffh… lumayan cape juga ya menjadi supir pribadi… hee… Padahal setengah perjalanan juga belum kami lalui”. Itulah perasaan yang tiba-tiba muncul dalam hatiku saat beberapa jam kami meninggalkan kota Jakarta tercinta. Tetapi, hal itu tidak membuat sedikitpun semangatku hilang untuk tetap melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan pertamaku bersama keluarga.

Madiun adalah daerah tujuan pertama yang harus aku tempuh, karena di daerah ini terdapat tempat tinggal kedua orang tua dari ayahku. Kami sekeluarga sepakat untuk berlebaran hari pertama di sana. Walaupun daerah tempat tinggal nenek kakekku lumayan jauh dari perkotaan serta kebisingan jalan raya, hal itu tidak membuat aku patah semangat untuk bergegas kesana. Daerah alam yang masih asri dan alami serta pemandangan alam yang indah menjadi alasan utama aku kesana. Setelah beberapa jam sudah kulalui, akhirnya sampaiah aku bersama keluargaku di rumah makan di daerah Semarang untuk berbuka puasa. “Alhamdulillah, akhirnya hampir kurang lebih setengah perjalananku bersama keluarga sudah ku lewati”. Aku sangat bersyukur karena ibadah puasaku saat itu tidak batal karena sebelumnya dari pengalaman mudik tahun lalu aku batal puasa saat berkendara. Rasa lapar, haus, lelah sudah sedikit terobati dengan berbuka puasa sambil beristirahat sejenak di rumah makan. Walaupun, rasa lelah serta mengantuk menghampiri diriku aku tetap semangat menjalani perjalanan mudikku tahun ini. Waktu malampun akhirnya tiba, dengan sergapnya ayahku mengambil alih untuk menjadi supir penggantiku saat itu. Entah mengapa shift mengendaraiku dijadwalkan dari pagi hingga sore hari. “Aku hanya berpikir seandainya shift mengendaraiku di mulai sejak sore hingga dini hari, mungkin bakatku menjadi seorang pembalap yang handal akan keluar… hee”. Hal itulah yang aku pikirkan saat itu, maka dari itu ayahku selalu melarangku untuk berkendara di malam hari.

Tiba-tiba tanpa ku sadari pagi pun segera datang, aku terbangun dari tidurku pukul 03.00 WIB. Aku bersama keluargaku bergegas untuk segera mencari tempat makan terdekat karena kami sekeluarga khawatir kehabisan waktu sahur. Aku dan keluargaku beristirahat untuk yang kedua kalinya di sekitar daerah Solo. Walaupun masih mengantuk, aku berusaha untuk makan sahur bersama keluargaku. Kondisii perjalanan menuju kota Madiun dari arah Jakarta ramai lancar, kami sekeluarga sangat bersyukur dengan keadaan itu. Padahal sebelumnya kami sekeluarga sempat berpikir tentang kondisi jalan yang akan macet total. Karena kami melakukan perjalanan mudik di hari H-4, maka wajar saja kalau kondisi jalan akan macet nantinya. Saatnya shiftku berkendara dimulai, karena hari sudah pagi aku bergegas untuk mengantikan ayahku menjadi supir dadakan. Secangkir kopi pun sudah ku tenggak saat santap sahur tadi, hal itu dikarenakan aku termasuk orang yang mudah sekali mengantuk. Maka dari itu, ibuku selalu tidak pernah lupa menyarankan hal itu.

Akhirnya, aku dan keluarga sampai di rumah nenek kakekku di Madiun. Saat ku melihat jam dinding di tembok rumah, waktu menunjukan pukul 12.30 WIB. Aku mengambil kesimpulan sendiri bahwa perjalananku dari Jakarta ke Madiun menghabiskan waktu sekitar 33 jam. Sungguh jumlah yang tidak sedikit karena pada hari biasanya saja hanya sekitar 18 jam untuk menempuh daerah ini. Senangnya hati ini, karena kami sekeluarga sudah sampai di tempat tujuan dengan selamat, puji syukur pun tak pernah lupa kami panjatkan kepada Allah swt . Rasa lelah serta mengantuk begitu menyelimutiku, tiba-tiba satu jam kemudian ibuku segera bergegas memanggil seorang tukang pijat yang berada tidak jauh dengan rumah nenek kakekku. Akhirnya, tukang pijat yang sudah ku tunggu sejam yang lalu pun datang dan langsung memanjakan otot-ototku yang kaku sampai aku tertidur dengan pulas. Beberapa hari kemudian, malam takbiran pun datang rasa haru, senang, sedih bercampur menjadi satu karena mendengar suara takbiran berkumandang di mana-mana. Walaupun malam takbiranku tidak di habiskan dengan berkeliling di sekitar daerah rumah nenek kakekku. Namun, hal itu tidak menjadikan malam takbiranku sepi dan sunyi. Keesokkan harinya, aku bersama keluarga pergi ke mesjid untuk melaksanakan salat Id. Setelah selesai salat id aku melakukan ritual sungkeman kepada ayah, ibu, nenek, kakek dan kedua orang kakakku. Akhirnya, hari kemenangan yang telah kita nantikan datang juga. Karena makna sebenarnya dari hari raya Idul Fitri itu sendiri adalah kesucian hati setiap umat yang merayakannya bukan terletak pada baju baru, kue serta hidangan yang telah di persiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Tetapi, makna saling memaafkan atas semua kesalahan yang kita perbuat baik di sengaja maupun tidak di sengaja oleh sesama umat harus kita laksanakan.

Waktu liburanku di Madiun sudah habis, akhirnya tanggal 22 September 2009 aku beserta keluarga melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta yang kira-kira jaraknya kurang kebih 800 km. Sekitar pukul 14.00 WIB aku sekeluarga sampai di tempat tujuan kami yang kedua. Berbeda dengan suasana rumah nenek kakekku di Madiun , di sini sangat ramai sekali. Hal itu dikarenakan, hampir seluruh saudara dari ibuku datang berkunjung ke sini. Selain ramai dengan saudara-saudaraku, letak rumah nenek kakekku di Yogyakarta ini juga sangat jauh berbeda. Letaknya yang dekat dengan perkotaan menjadikan rumah nenek kakekku ini mudah sekali untuk di kunjungi. Setelah sekitar kurang lebih 4 hari aku beserta kelurga menginap di Yogyakarta kami sekeluarga sepakat untuk segera pulang ke Jakarta. Karena waktu liburanku bersama keluarga sudah hampur habis mau tidak mau kami segera pulang.

Hari sabtu adalah hari yang telah ditentukan oleh kami sekeluarga untuk kembali ke Jakarta. Segala jenis makanan ringan sudah jauh-jauh hari dipersiapkan oleh ibuku sebagai buah tangan untuk tetangga serta sanak saudara di Jakarta. Sekitar pukul 05.00 WIB, kami sekeluarga berpamitan kepada nenek kakek untuk pulang ke Jakarta. Karena tahun ini merupakan tahun kedua untukku beserta keluarga mudik menggunakan kendaraan pribadi. Setidaknya kami memiliki beberapa pengalaman mudik dari tahun-tahun sebelumnya. Seperti tentang waktu keberangkatan kami sekeluarga yang selalu dimulai sejak pagi hari. Hal itu dimaksudkan, untuk menghindari kemacetan yang terjadi nanti. Walaupun kami sekeluarga tahu bahwa resiko mudik pada saat hari raya adalah macet, tetapi setidaknya antisipasi kondisi jalan tetap perlu kami lakukan. Selain untuk mengefisiensikan waktu yang ada, serta menghemat tenaga yang di gunakan, memulai perjalanan di pagi hari cukup memiliki banyak manfaat bagi para pemudik termasuk kami sekeluarga. Setelah kurang lebih menempuh puluhan jam dari Yogyakarta, akhirnya kami sekelurga sampai di rumah dengan selamat. Kami sekeluarga tidak lupa memanjatkan puji syukur atas semua yang nikmat yang Allah swt berikan kepada kami sekeluarga. Itulah pengalaman mudikku bersama keluarga tahun ini, mudik yang sangat menyenangkan, walaupun macet tetap saja tidak sedikitpun membuat aku enggan untuk mudik di tahun berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar